SURABAYA - Vaksinasi dan pembatasan kegiatan masyarakat diklaim berhasil menurunkan kasus Covid-19. Jika program-program positif tersebut berjalan dengan konsisten, pada Maret 2022 kasus penularan Covid-19 diprediksi bakal makin landai.
Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Terbuka (UT) Prof Ali Muktiyanto. Dia membuat perhitungan prediksi selesainya pandemi Covid-19 di Indonesia berdasar grafik kasus terkini.
Ali mengatakan, berdasar grafik kasus positif harian per 17 Maret 2021, terlihat tren penularan yang menurun. Di sisi lain, pasien yang sembuh makin banyak. Dia memperkirakan, tanpa ada langkah-langkah yang luar biasa dari pemerintah, kasus Covid-19 di Indonesia kembali landai pada Maret 2022. ”Kalau kita ukur gambar (grafik, Red) positif harian, untuk menuju landai seperti Maret tahun lalu, kita butuh satu Maret lagi di depan,” katanya dalam The 16th Knowledge Sharing Forum (KSF) UT kemarin (18/3). Namun, dengan adanya vaksinasi, pembatasan kegiatan masyarakat, dan penegakan protokol kesehatan, diharapkan kasus Covid-19 bisa landai lebih cepat. ”Semua berharap pandemi cepat selesai,” tuturnya.
Prediksi tersebut berbanding lurus dengan data terkini yang disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Wiku mengatakan, saat ini penularan di tengah masyarakat sedikit menurun. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah pemeriksaan (tes) mingguan yang terus meningkat, tapi tidak diikuti dengan peningkatan kasus positif.
Pemeriksaan meningkat sejak awal Januari 2021. Kemudian sempat turun pada tiga minggu pertama Februari. Akhirnya, jumlah pemeriksaan meningkat tajam pada minggu keempat Februari. ”Namun, jumlah kasus positif tidak mengalami kenaikan yang tajam,” katanya kemarin.
Kemudian, pada minggu pertama hingga ketiga Maret 2021, jumlah pemeriksaan terus bertambah, sedangkan jumlah kasus positif menurun. ”Hal ini menunjukkan bahwa kasus positif menurun, tapi bukan karena pemeriksaan berkurang,” paparnya.
Wiku menyebutkan, per 17 Maret 2021, jumlah tes mingguan telah berhasil mencapai standar WHO, yakni 1 per 1.000 populasi. Kondisi tersebut harus dipertahankan dengan terus meningkatkan kepatuhan pada protokol kesehatan.
Masyarakat Jawa Timur (Jatim) yang meninggal karena terinfeksi virus Covid-19 tetap mendapat perhatian pemerintah. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa telah menerbitkan surat edaran (SE) nomor 460/5026/107.4.07/2021. Isinya, pasien Covid-19 yang meninggal dunia mendapat santunan.
Kepala Dinas Sosial Jatim Alwi mengatakan, ada 2.144 ahli waris yang mengajukan santunan ke Kementerian Sosial. Bisa jadi, mereka tidak akan menerima santunan tersebut. Sebab, Kementerian Sosial sudah menghentikan program itu. ”Nah, mereka akan menjadi prioritas santunan dari pemerintah provinsi (pemprov),’’ katanya.
Setelah 2.144 ahli waris menerima, pemprov akan melanjutkan pada pasien Covid-19 yang meninggal lainnya. Program tersebut juga mempertimbangkan kemampuan anggaran dalam APBD 2021. Saat ini jumlah warga Jatim yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 9 ribu orang. Artinya, pemprov harus menyiapkan anggaran Rp 45 miliar untuk santunan tersebut.
Alwi menambahkan, dinas sosial meminta kepala daerah segera mengajukan permohonan santunan itu. Pengajuan permohonan paling lambat akhir Maret 2021. Persyaratannya adalah surat keterangan meninggal akibat Covid-19 dari puskesmas, rumah sakit, atau dinas kesehatan. Kemudian surat keterangan ahli waris dan fotokopi kartu keluarga. ”Segera dikirim untuk bisa diproses,’’ tuturnya.
Di sisi lain, Pemprov Jatim terus meningkatkan kemampuan vaksinasi per hari. Saat ini capaian vaksinasi di Jatim mencapai 1.176.136 orang. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya. Vaksinasi di Jawa Tengah baru mencapai 1.020.588 orang, lalu di Jawa Barat 780.990 orang dan DKI Jakarta 781.716 orang.
Gubernur Khofifah bersyukur atas capaian vaksinasi tersebut. Menurut dia, capaian itu merupakan bentuk komitmen Pemprov Jatim dalam menekan angka persebaran Covid-19. ”Memasuki setahun pandemi Covid-19, vaksinasi untuk kekebalan masyarakat terus meningkat,’’ katanya.
Ali mengatakan, berdasar grafik kasus positif harian per 17 Maret 2021, terlihat tren penularan yang menurun. Di sisi lain, pasien yang sembuh makin banyak. Dia memperkirakan, tanpa ada langkah-langkah yang luar biasa dari pemerintah, kasus Covid-19 di Indonesia kembali landai pada Maret 2022. ”Kalau kita ukur gambar (grafik, Red) positif harian, untuk menuju landai seperti Maret tahun lalu, kita butuh satu Maret lagi di depan,” katanya dalam The 16th Knowledge Sharing Forum (KSF) UT kemarin (18/3). Namun, dengan adanya vaksinasi, pembatasan kegiatan masyarakat, dan penegakan protokol kesehatan, diharapkan kasus Covid-19 bisa landai lebih cepat. ”Semua berharap pandemi cepat selesai,” tuturnya.
Prediksi tersebut berbanding lurus dengan data terkini yang disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Wiku mengatakan, saat ini penularan di tengah masyarakat sedikit menurun. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah pemeriksaan (tes) mingguan yang terus meningkat, tapi tidak diikuti dengan peningkatan kasus positif.
Pemeriksaan meningkat sejak awal Januari 2021. Kemudian sempat turun pada tiga minggu pertama Februari. Akhirnya, jumlah pemeriksaan meningkat tajam pada minggu keempat Februari. ”Namun, jumlah kasus positif tidak mengalami kenaikan yang tajam,” katanya kemarin.
Kemudian, pada minggu pertama hingga ketiga Maret 2021, jumlah pemeriksaan terus bertambah, sedangkan jumlah kasus positif menurun. ”Hal ini menunjukkan bahwa kasus positif menurun, tapi bukan karena pemeriksaan berkurang,” paparnya.
Wiku menyebutkan, per 17 Maret 2021, jumlah tes mingguan telah berhasil mencapai standar WHO, yakni 1 per 1.000 populasi. Kondisi tersebut harus dipertahankan dengan terus meningkatkan kepatuhan pada protokol kesehatan.
Kasus Covid-19 di Jatim
Masyarakat Jawa Timur (Jatim) yang meninggal karena terinfeksi virus Covid-19 tetap mendapat perhatian pemerintah. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa telah menerbitkan surat edaran (SE) nomor 460/5026/107.4.07/2021. Isinya, pasien Covid-19 yang meninggal dunia mendapat santunan.
Kepala Dinas Sosial Jatim Alwi mengatakan, ada 2.144 ahli waris yang mengajukan santunan ke Kementerian Sosial. Bisa jadi, mereka tidak akan menerima santunan tersebut. Sebab, Kementerian Sosial sudah menghentikan program itu. ”Nah, mereka akan menjadi prioritas santunan dari pemerintah provinsi (pemprov),’’ katanya.
Setelah 2.144 ahli waris menerima, pemprov akan melanjutkan pada pasien Covid-19 yang meninggal lainnya. Program tersebut juga mempertimbangkan kemampuan anggaran dalam APBD 2021. Saat ini jumlah warga Jatim yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 9 ribu orang. Artinya, pemprov harus menyiapkan anggaran Rp 45 miliar untuk santunan tersebut.
Alwi menambahkan, dinas sosial meminta kepala daerah segera mengajukan permohonan santunan itu. Pengajuan permohonan paling lambat akhir Maret 2021. Persyaratannya adalah surat keterangan meninggal akibat Covid-19 dari puskesmas, rumah sakit, atau dinas kesehatan. Kemudian surat keterangan ahli waris dan fotokopi kartu keluarga. ”Segera dikirim untuk bisa diproses,’’ tuturnya.
Di sisi lain, Pemprov Jatim terus meningkatkan kemampuan vaksinasi per hari. Saat ini capaian vaksinasi di Jatim mencapai 1.176.136 orang. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya. Vaksinasi di Jawa Tengah baru mencapai 1.020.588 orang, lalu di Jawa Barat 780.990 orang dan DKI Jakarta 781.716 orang.
Gubernur Khofifah bersyukur atas capaian vaksinasi tersebut. Menurut dia, capaian itu merupakan bentuk komitmen Pemprov Jatim dalam menekan angka persebaran Covid-19. ”Memasuki setahun pandemi Covid-19, vaksinasi untuk kekebalan masyarakat terus meningkat,’’ katanya.